Selasa, 10 Mei 2011

Kesaksian (Pengakuan) Sakinah bulan April tahun 2000
Dengan diantar oleh anggota keluarga yang berdomisili di Jakarta, seorang Ibu datang dari Solo disertai putrinya (Sakinah), mahasiswi ITB semester VIII, yang konon terlibat dengan kelompok NII KW-9, sehingga sempat menghentikan kuliahnya.

Di awal dialog, Sakinah, nama mahasiswi tersebut, sama sekali tak mau bicara. Sesekali keluar suara dari mulutnya berupa komentar singkat dan permintaan mengulang dari apa yang disampaikan penulis.

Penulis membuka dialog dengan menceritakan sejarah perjalanan gerakan Islam di Indonesia mulai tahun 1977 kasus Komando Jihad hingga era kepartaian tahun 1999. Serta tak luput pula menceritakan tentang munculnya berbagai aliran sempalan Islam di Indonesia.

Keterbukaan Sakinah, baru terkuak setelah penulis selesai bercerita. Sakinah mengawali dengan pertanyaan “Bagaimana penilaian Bapak tentang NII?”

Dan akhirnya, ganti penulis yang mulai bertanya langsung: “Siapa Mas’ulnya, kapan berbai’atnya, dan apa yang membuat anda tertarik?”

Jawab Sakinah: “Saya ingin hidup dalam Daulah Islam.”

Penulis pun langsung bertanya, "dari mana anda memulainya?"

“Melalui Madinah” jawabnya.

"Maksudnya Madinah itu apa?" tanya penulis.

Jawab Sakinah: “Madinah itu ya lembaga NII, begitu kata Mas’ul kami, dasarnya sejarah dan proklamasi NII.”

Kemudian penulis berikan penjelasan tentang Marhalah (tahapan) dakwah Rasulullah SAW, sejak awal hingga hijrah ke Madinah, serta karakter kemadinahan dan kemasyarakatan Nabi dan Shahabat. Lantas penulis bertanya kepada Sakinah: "Adakah kesamaan karakter ke-Madinahan Nabi SAW dengan Madinahnya NII?"

Sakinah menjawab: “Ya, tidak sama, karena saat ini masih kahfi, dan kondisi Madinah sedang diusahakan.”

Baiklah, kalau saat ini masih kahfi, saya bertanya lagi: "Apa dan bagaimana keislaman Nabi dan Shahabatnya ketika mereka masih berada di Makkah? Apa yang diajarkan Nabi di saat awal setiap orang yang Musyahadah (masuk islam)? Apa yang pertama kali dilakukan Nabi SAW kepada para shahabatnya itu dengan menetapkan kewajiban infak, iddikhor, tazkiyah dan lain sebagainya sebagaimana yang dilakukan kelompok NII Abu Toto kepadamu?"

Sakinah menjawab: "Saya belum tahu sejarah itu, dan saya pikir ini kan perjuangan untuk Islam, jadi untuk membangun Madinah saya kira memang sangat membutuhkan banyak sekali dana."

Penulis bertanya lagi, "Lantas, bagaimana dengan tanggung jawab missi Islam, melepaskan dan mengeluarkan ummat dari kejahiliyyahan kepada ke-Islaman, selain itu apakah anda tahu dan mendapatkan laporan dari dana yang didapatkan serta pendistribusiannya, karena sebagai seorang intelek, anda kan harus juga bersikap kritis dengan masalah masalah yang seperti ini?"

Sakinah masih bisa juga menjawab, namun sepertinya sudah kurang yakin: “Menurut mereka, bila Daulah sudah tegak, semuanya akan beres. Dan soal dana, rasanya saya baru sadar, setahu saya belum ada yang bertanya seperti itu.”

Ketika penulis mempertanyakan kembali masalah missi Islam: "Kalau harus menunggu terlebih dahulu tegaknya Daulah, baru pembinaan syari’at dan akhlaq dilaksanakan, bagaimana kalau seandainya ia meninggal, sedangkan ia tidak shalat, masih suka bohong dan banyak meninggalkan kewajiban-kewajiban yang lain?"

Sakinah tertegun, dan malah bertanya: "Jadi, yang seharusnya bagaimana?"

Penulis balik bertanya: "Kamu sendiri masih shalat? Dan kenapa masih memakai jilbab?"

Sakinah menjawab: “Sebenarnya sih diperbolehkan untuk tidak shalat dan melepas jilbab, tapi perasaan saya kok tidak pantas gitu, jadi saya tetap shalat dan pakai jilbab. Masa mengaku muslim, tidak shalat dan nggak pakai jilbab, nggak enak rasanya."

Akhirnya penulis jelaskan secara panjang lebar, dan berlangsung selama tiga hari berturut-turut di kantor, dan dilanjutkan oleh kawan-kawan yang lain selama satu minggu, Alhamdulillah akhirnya Sakinah terlepas dari jerat NII KW-9, dan bahkan mampu mempengaruhi dan mengajak seniornya untuk keluar dari NII KW-9. Keberaniannya muncul dan keyakinannya semakin kuat bahwa NII KW-9 itu sesat dan menyesatkan. Ketika para mantan seniornya diajak berdiskusi lebih lanjut dan hendak dipertemukan dengan kami, mereka semuanya menolak atau menghindar.

Dari cerita Sakinah selama sekitar dua tahun terlibat dalam NII KW-9, sudah lupa berapa banyak dana yang diserahkan kepada NII KW-9, namun untuk bulan-bulan terakhir ia diharuskan menyerahkan dana sebesar 4 juta rupiah, untuk itulah ia tidak sempat lagi kuliah, karena sibuk berdagang apa saja selain juga berdakwah merekrut anggota baru.

Di bawah ini beberapa doktrin NII yang terbilang agak lain yang sempat direkam, antara lain:

--Pengulangan sejarah akan terjadi, seperti yang pernah terjadi pada zaman Nabi Yusuf As.

--Tujuh tahun masa panen dan tujuh tahun masa paceklik. Untuk itu ummat selama tujuh tahun harus menyerahkan hartanya kepada Imam NII, sebagai pesiapan untuk masa paceklik setelah tujuh tahun kemudian. Dengan tanpa ada ketetapan sejak kapan dimulainya. Dan tidak pula ada yang mempertanyakannya.

--Sejarah kisah Ashabul Kahfi akan terulang, suatu saat nanti.

--Seluruh dana yang berhasil dikumpulkan akan dikelola melalui ma’had Al-Zaytun.

--Ma’had Al-Zaytun yang sudah berdiri tegak di berbagai daerah adalah bentuk dan wujud konkret amal usaha NII dalam merintis tegaknya Madinah dan Daulah NII.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar